Dalam Detakan Waktu Yang Sama
     Temanggung, 4 Mei 2018


   Ramai lalu lalang sepeda motor serta mobil. Tapi, aku menikmatinya. Ah sebentar lagi aku akan bertemu dengannya, Sungguh aku rindu. Tidak -tidak, aku harus jaga perasaan ini sampai lulus besok. 
   Tetap saja ngeyel. Aku rindu pokoknya. Titik. 
   Ah...  Padahal aku hanya sahabatnya, bagaimana jika di sekolahnya dia sudah.... Huss ngaco ah. Tapi, Bagaimana jika itu benar? jangan dong. Kapan sih aku bakal bener bener memiliki perasaan ini tanpa harus campur hati dengan wanita lain. Beberapa hari yang lalu, kawanku, Linda memberikan pendapat tentang sosok aku.
    "Gimana bisa kamu bakal dapet laki laki, kamu itu terlalu takut. Terlalu over protectif, siapa coba yang mau sama kamu? Nggak ada!" begitu katanya. 
    Aku sedikit mengelak,  
     "Ya kalo cemburu apa itu nggak wajar lin, aku cuma nggak terbiasa aja. Masak kamu jadi nyumpahin aku gitu? Nggak baik tau, karma nanti doamu mem-boomerang"
   "ya wajar sih kalo buat orang kaya kamu, Orang yang nggak pernah mau tau dunia luar. Kalau begini sma-mu harus di asrama saja deh. Aku khawatir kalau kalau kamu kepolosan begini kamu jadi...... " Linda menutup mulutnya.
   Aku masih melamun. 
  "aku turunin dimana nih dek?"
   Kaget, sadar dari lamunan. Duh ternyata ini dijalan hehe-
  "samping taman aja." jawabku
  "nggak dirumah aja toh, biar kamu nggak jalan terlalu jauh... "tawar temanku itu. 
   "enggak usah, makasih banget. Aku masih mau ketemu orang dulu. " 
   "bukan temen ya"
    Aku diam. Bingung.
   Ah..  Pokoknya sore itu seakan akan semua menyembuhkan segala rindu ku. Harum Kota Tembakau serasa menemani hatiku yang tengah resah menunggunya.
   Itu dia, akhirnya sampai juga. Aku mengamatinya dengan baik. Bagaimana dia memakirkan motornya, melepas helmnya. Dan satu hal lagi, Cara berbicaranya kepada embak embak penjual juz yang depan warungnya tempat parkir motor.
   Aku berjalan bersisian dengannya. Menyusuri trotoar samping pendopo. Sedikit diam. Lantaran.. mungkin ini pertama kalinya dalam waktu yang lama aku bertemu dengan dia. 
   Aku hafal betul bagaimana dia berbicara. Bagaimana dia menjagaku. Ah...  Seakan akan senja itu sangat sebentar bagiku. Padahal, kami duduk berdua kurang lebih dua jam. Menurutku itu waktu yang singkat. 
    Jujur, aku hanya ingin mengenalmu. Itu sudah lebih dari cukup. Jangan kau kenalkan aku pada temanmu. Aku hanya ingin kamu. Nanti, kalau kamu kenalkan aku pada mereka, aku bisa cemburu. Sungguh tak ada wanita yang benar benar baik baik saja melihat sosok yang paling disayanginya dekat dengan wanita lain meskipun hanyalah sebatas teman. Aku ingin setelah bertemu kamu hidupku yang tidak benar ini menjadi tertata rapi. Aku ingin mengagumimu dengan cara yang sempurna. Aku ingin menjadi salah satu sosok yang berharga bagi kamu. Selama ini aku bertemu, aku pikir perasaan ini akan kembali berbohong. Tapi apa bisa kedepannya Tuhan memperjelas lagi, untukmu..  Dan untukku? Jujur, jika kelak kamu memang hadir untukku. Mencampuri hidupku. Itu artinya aju memang selama ini menunggumu. Dari kamu punya pacar... Yah...  Sampe kelak hehe. Aku harap. Kamu bisa mengembalikan senyumanku. Yang sempat hilang itu. 
    Itu yang aku katakan. Pada diriku sendiri, Bukan padanya. Karena....  Leherku tercekat sekali rasanya. 
   Rasanya senja tidak akan tenggelam hari ini ya. Senja kala itu milik kami berdua. 
   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Instruktur, "Berikan aku sajak"

Karena Tuhan, Tak Kenal Aku