55.845 Detik Bersamamu
Part 4Aku dan Jejak Rindu.
Pukul tujuh lewat tiga puluh menit, Mentari mulai beranjak dari tempat persembunyiannya. Menyorotkan sinar hangatnya ketubuhku. Terik mulai panas, Menghangatkan kakiku yang kaku. Awan mulai menyingkir dari balik gunung sumbing dan sindoro sehingga aku bisa lebih leluasa melihat dengan mata telanjang. Seakan akan awan putih mempersilahkan mataku untuk menikmati indahnya gunung yang sedang kutatapi pagi itu.
Kami segera mengemasi barang barang yang tadi kami keluarkan. Bergegas untuk turun kembali ke tempat tenda bermukim. Untuk turun menuju pos tiga, tempat kami mendirikan tenda, Aku tidak perlu susah payah dibantu kembali oleh dia untuk melewati jalan yang rupanya benar benar tak menarik sama sekali. Bahkan aku bisa sedikit berlari untuk melaluinya. Tapi saat bertemu dengan jalan tanjakan yang aku lewati saat hendak kemari, Niat untuk berlari aku urungkan. 'Ya kali aku lari disini, Terpelentang jatuh, tulang belakangku sempurna patah' Pikirku ringan.
Lagi lagi dia masih setia memegangi tanganku serta sesekali melihat langkahku, Apakah aku bisa melewatinya atau bahkan aku akan masuk kejurang yang siap menangkapku di samping kiriku. Lihatlah, begitu sabarnya kamu, menghadapi aku yang super manja ini mas.
Aku tidak akan banyak cerita bagaimana aku melewati perjalanan ini dengan mudah atau sulit. Yang penting, aku turun sampai ke pos tiga dengan selamat. Oh iya, Saat turun pun juga tidak kalah indahnya dengan pemandangan diatas. Bagaimana bukit rindu membentang terlihat jelas dimataku. Sama rindunya seperti kita jarang ketemu lantaran kamu PKL mas.. Ah PKL nggak PKL saja aku jarang ketemu kamu.. (cielah lebay) Kemudian aku bisa melihat jelas pegunungan serta jajaran kota dibawah sana.Tapi jujur tak seindah saat aku menaikinya. Karena saat aku menaikinya, dalam keadaan pagi buta sehingga kota memancarkan cahaya lampu yang berkedip kedip. Ah tak apa, Aku puas.
Sampai di pos tiga, Aku beristirahat sebentar kemudian kembali mengemasi barang barang serta alat camp-ku sembari menunggu teman temanku makan dan asyik bercanda ria.
Setelah semua beres, kami pun mulai membongkar tenda serta bersiap untuk turun pulang kembali ke basecamp.
Oh iya, untuk pulangnya, Aku masih ditemani dengan dia. Entah, sama sekali dia tak ada rasa bosan dalam melindungiku atau khawatir aku tertinggal disana atau bahkan takut aku diculik oleh mas mas pendaki lain (heleh... Hahaha-maaf ya mas kalau suatu saat kamu baca ini, aku cuma bercanda kok :D )
Dalam menuruni trake trake yang sangat mudah itu. Aku dapat menuruni lima langkah jalan dalam satu detik. Hehe. Hebat kan. Kadang pula kami bertukar cerita. Cerita tentang beberapa bulan yang lalu dia muncak ke prau sampai saat ini, bosan pastinya. Katanya, ini kali ke delapan atau ke sembilan. Tapi aku tau ini pertama kalinya kamu muncak bareng aku. Lagi lagi aku selalu berdialog pada hatiku sendiri.
Kala itu, Terik mentari mulai ingin beraktifitas. Memberikan rasa hangat kepada penduduk bumi seperti kami. Aku tentu saja menikmati perjalanan ini, Bersama dia sang pelindungku. Dipertengahan perjalanan, kalo tidak salah itu menjelang pos dua kebawah, tanpa sengaja, dia menyinggung kata 'Mantan'didepanku. Aku tau dia bercanda. Dalam beberapa bulan lalu dia selalu berhasil menge-Prank-ku. Mungkin ini pembalasan yang tepat,pikirku. Setelah dia mengucapkan kata kata yang menurutku sangat buruk itu, dia menoleh kebelakang. Mencuri tatapanku. Aku diam. Dia melanjutkan langkahnya. Aku masih terdiam dalam beberapa menit langkah. Sama sekali tak berkutik apa pun. Senyum pun tidak. Pandanganku beralih tidak suka. Konyol ah. Batinku.
Dia menahan langkahnya. Menunggu aku yang berhati hati memilih jalan agar tidak terpelanting jatuh. Setelah menyamai langkahku. Aku tau apa yang akan dia lakukan.
"Aku cuma bercanda halah... " katanya, Sambil membelai kepalaku.
Ah kenapa jadi aku yang melankolis. Eit, enggak, aku nggak boleh kalah sama kamu mas.. Beberapa minggu yang lalu kamu nge-prank aku tanpa rasa salah. Kali ini pun aku tetap akan melanjutkan tanpa ampunan darimu sama sekali.
Dalam perjalanan hingga ke pos satu pun aku masih diam.
Sesekali dia bertanya "Kok kamu jadi diem gini"
Atau dengan candaan yang lain. Seperti mengataiku, Aku kesurupan. Lantas sebenarnya itu membuat aku ingin tertawa. Namun, mengingat apa niatku. Kuurungkan rasa tawa itu.
Menuruni pos satu kebawah, lama semakin lama, Aku menjadi jengkel sendiri. Bukan karena tingkah lakunya, sama sekali bukan. Akan tetapi menuruni jalan semen ini ternyata lebih buruk dari pada beberapa menit yang lalu aku menuruni jalan tanah. Sungguh, aku menyesal tadi merajuk ingin cepat cepat sampai di jalan ini. Kakiku semakin kaku. Ingin rasanya aku berhenti sebentar. Mengeluh. Sama seperti waktu aku menaiki jalan ini. Aku sama sekali tidak bisa menyerah. Gadis muda ini sangat gengsi untuk melemah dihadapan dia.
Akhirnya aku tetap memilih untuk meneruskan langkahku turun kebawah. Saat itu, entah apa yang aku pikirkan. Aku masih tetap diam. Kali ini bukan diam menahan prank. Aku mengutuk diriku sendiri jika aku sampai mengeluh dihadapan dia.
Semakin lama berjalan, jari jari kakiku semakin perih. Menopang kakiku yang belakang. Hm... Ini.. Asyik. Semoga saja.
Aku turun lebih cepat. Menyamai langkah dia yang sudah lebih dulu didepanku. Perlahan, Kugandeng tangannya. Detik itu kata batinku bersuara lebih hangat.
Bagaimana bisa aku marah kepadamu?. Bagaimana bisa aku mendiamkanmu?, Bagaimana bisa aku mengacuhkanmu. Setelah semua perjuangan dan rasa khawatirmu,kamu berikan kepadaku. Jika benar aku marah, Mengapa aku marah? Aku bukan marah, aku hanya ingin diperhatikan oleh kamu. Aku hanya ingin kamu tidak jauh jauh dari aku. Yang mencintaimu bukan hanya aku. Yang ingin menjadi milikmu juga tidak hanya aku. Maka, aku adalah yang paling beruntung jika suatu saat aku menjadi milikmu. Jangan pergi ya. Kamu sudah mengucapkan berkali kali diatas, Kamu nggak akan sekalipun ninggalin aku. Bagaimana bisa kamu meninggalkan aku. Sendiri itu melemahkan. Maka jangan lakukan itu jika kamu ingin aku selalu merasa tenang.
Masih aku ingat dengan jelas, Bagaimana saat kusandarkan kepalaku pada pundakmu di tengah jalan lantaran kami berdua lelah. Rasa nyaman sudah aku dapatkan dengan indah meski hanya sesaat. Siang itu, dengan terik yang mulai menyengat. Semesta tau, bahwa aku ingin dia terus menemaniku.
"Lanjut yuk, nanti kamu nyaman.. Kalo udah nyaman...." belum selesai dia melanjutkannya lagi.
Aku menjawabnya dalam sunyi. Sayangnya aku sudah nyaman. Jadi,jangan pernah sekalipun kamu pergi.
Lelah demi lelah, terbayar oleh rasa kantuk dan nyaman pada saat kami sampai di basecamp. Aku bahkan terlelap tidur.
Bangun dari tidur, yang kucari bukannya sahabatku, Elfa, melainkan dia. Selalu dia. Kulihat dia baru saja masuk ke basecamp.
Belum genap kalimatku keluar, Dia sudah tau kalimat apa yang akan kupertanyakan.
"Sholat dzuhur. Habis itu kemas kemas trus pulang.. Masih ngantuk kan? Wudhu dulu, biar seger" katanya..
" Hmm...? Iya.. " jawabku halu, karena masih dalam setengah sadar.
"Aku pingin mandi" lanjutku.
"Sana kalo mau mandi, Ganti baju.. " jawabnya menuruti permintaanku.
Kukeluarkan jilbab segi empatku. Dan pakaian ganti tentunya. Kemudian aku bergegas mandi.
***
Seumur umur itu bukan mandi rasanya. Bagaimana bisa disebut mandi? Tidak ada tiga puluh menit aku mandi. Rasanya sabun benar benar belum nempel pada tubuhku. Belum lagi, beberapa yang ngantri dibawahku. Tentu saja aku merasa tidak nyaman membuat mereka menunggu.
Seusai mandi dan sholat dzuhur, aku kembali menuju tempat rombonganku berada. Mereka protes, Katanya aku lama. Aduh maafkan aku teman teman, aku ini nggak akan tahan kalau tubuhku masih bau tidak enak. Aku tertawa dalam hati.
Kami melanjutkan berkemas kemas serta bersiap lagi untuk pulang kembali kerumah. Tiba tiba aku kok kangen kasurku ya. Hm...
Karena pada saat berangkat ke basecamp, Aku dan kawan kawan wanitaku telah kapok menyaksikan jalan menuju wates ini sangatlah tidak bersahabat, Kami memutuskan agar teman teman laki lakiku yang mengendarainya, kemudian kami, para wanita duduk membonceng dibelakang dengan nyaman. Hehe.
Aku memilih diboncengkan dengannya. Tidak ada laki laki yang bisa aku percayai membawaku pulang dengan nyaman selain dia. Itu alasanku pertama. Alasan kedua, Tentu saja aku tidak akan tega melihat diriku sendiri menyaksikan dengan mata kepala sendiri, dia berboncengan dengan wanita lain. Ketiga, Aku tidak akan pulang jika bukan dia, Emm? Berlebihan kah? Biarlah, Aku juga tidak begitu memusingkan apakah iya itu berlebihan atau tidak.
Selama perjalanan aku masih disibukkan oleh cerita ceritanya. Cerita tentang rem blong, pada saat beberapa bulan yang lalu dia muncak. Kemudian, cerita cerita melankolisnya, dan banyak lagi cerita yang tidak mau aku ceritakan disini. Karena menurutku, ceritanya tertuju untuk menghiburku, bukan menghibur kalian. Maaf ya aku seegois ini. Wkwkw.
Oh iya, Dipertengahan jalan, Hujan menyapaku dengan mesra. Mungkin awan cemburu atas kemesraan kami diatas sepeda motor, sehingga dengan tega, ia mengirimkan hujan seperti ini. Kami berhenti sebentar untuk berteduh sekaligus memakai jas hujan. Meskipun tidak perlu berlebihan agar memakainya, Karena dibawah sana pasti tidak hujan. Ah nggak apa.. Aku hanya tidak ingin ada yang sakit salah seorang diantara kami.
Menyusuri perjalanan aspal yang sempit. Dan pemandangan yang sangat indah. Dan cerita manis darinya. Membuatku sedikit terhibur dari rasa lelahku. Wangi pedesaan yang aku lewati membuatku kangen pada desa masa kecilku. Suasana itu... Ah kalang kabut jika aku menceritakannya kembali. Sulit sekali menahan kangen dari suasana itu.
Kadang aku diam, Kadang aku membuka mulut, kadang beberapa pertanyaan kulontarkan kepadanya.
Akhirnya seluruh cerita yang kutulis memang akan selalu berakhir bahagia ya.
Seperti itulah. Perjalanan kami. Perjalanan yang indah menurutku.
Teman temanku pendakiku. Saat itu mungkin tau. Bahwa sosok aku, sangat ingin dipersatukan olehnya. Sore itu juga. Namun, aku paham. Aku sekarang, esok, lusa... Hanya satu yang aku tunggu yaitu ke-SABAR-an.
Terimakasih telah membacanya. Tulisan ini aku buat, Supaya esok depan kalian tau bahwa, sekeras apa pun kalian berjuang. Jika perjuangan itu dibersamai oleh orang yang kalian cintai, sayangi, Maka perjuangan itu tidak akan pernah berakhir.
Selesai pada tanggal 6 Mei 2019, Temanggung, Jawa Tengah .
Komentar
Posting Komentar